Rabu, 29 Oktober 2014

TAMAN GORASIX



Taman gorasix adalah salah satu yang berada di depan SMAN 6 Jakarta. Dengan pagar berwarna hijau yang berfungsi sebagai batas taman, taman ini merupakan sebuah taman yang digunakan oleh salah satu komunitas yang siswa SMAN 6 Jakarta yang dikenal dengan nama Gorasix. Menariknya tempat ini adalah, tidak hanya menjadi tempat untuk berkumpul bagi para anggota komunitas setelah pulang sekolah, tempat ini juga menjadi alternatif pilihan bagi para anggota komunitas pada saat malam minggu. Fenomena lainnya yang cukup menarik perhatian adalah, tempat ini benar-benar berfungsi sebagai community space bagi para lulusan/alumni SMAN 6 Jakarta yang tergabung dalam komunitas tersebut.
Oleh karena itu, tempat ini menjadi salah satu objek penelitian kami.
Name                                           : Taman Mahakam
Opening Time                              : -
Number Of Attraction      `           : 40 Visitors ( Avarage)
Geographic Location        `           : Jalan Mahakam 1,  Jakarta   Selatan, Jakarta 12110 Indonesia
Cost and Price their Offering      :
     Target Market                                    : Jakarta Selatan_SES B_Social Bonding
Pada penelitian kali ini, kami mendapatkan kesempatan untuk mewawancara ferry atau biasa yang akrab disapa dengan qomar yang berkerja sebagai pedagang eceran sejak tahun 2009 di taman gorasix. Dirinya banyak memberikan informasi bagaimana siswa SMAN 6 Jakarta yang tergabung dalam komunitas gorasix melakukan aktiftiasnya pada saat ditaman.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, ditemukan permasalahan yang paling kental adalah permasalahan regulasi sekolah dan tawuran antar pelajar.
“ya kalo selama jualan di sini sih nyaman-nyaman aja, paling ya resek tuh kalo sekolah udah ngusirin anak-anak suruh pada balik sama kalo ada tawuran”
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah, bagaimana pengaruhnya terhadap penjualan qomar terhadap dua hal tersebut. Qomar menjelaskan bahwa, alasan dirinya berjualan disini adalah karena dekat dengan SMAN 6 Jakarta, oleh karena itu dapat disimpulkan pula bahwa pangsa pasar utamanya adalah siswa SMAN 6 Jakarta.
“kalo anak-anaknya pulang ngga ada yang nongkrong dong..kalo ngga ada yang nongkrong kan taman sepi juga, siapa yang beli dagangan gue...ngga ada yang bisa diajak ngobrol juga. Ya emang sih anak-anak suka pada ngutang, Cuma kan tetep aja jadinya penghasilan gue kurang”
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa konsumsi akan terjadi apabila aktifitas nongkrong dilakukan, sehingga apabila dari pihak sekolah menetapkan atau memberikan instruksi pada murid-murid agar segera pulang, proses konsumsi tidak akan terjadi.
“kalo tawuran mah ya semua orang juga nganggep nya masalah, kan kita sebagai orang pengen aman ya. kalo tiba-tiba pas lagi tawuran gue kena kan, gimana coba gue nyari duitnya”
Seperti yang dijelaskan oleh qomar, bahwa menghadapi fenomena tawuran antar pelajar juga menjadi salah satu permasalahan bagi dirinya yang berprofesi bagi pedagang eceran
Selain melakukan interview kepada qomar yang berperan sebagai pedagang eceran yang mengetahui setiap kejadian taman, dilakukan juga wawancara kepada salah satu anggota komunitas. Laki-laki yang duduk dibangku 3 SMA ini merupakan salah satu anggota komunitas gorasix yang hampir setiap pulang sekolah menghabiskan waktunya untuk nongkrong di taman.
Pada tanggal 13 Oktober 2014, kami mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Ridho, laki-laki yang memiliki hobi berolahraga dan sering di panggil limau oleh teman-teman komunitasnya. Salah satu alasan limau secara rutin berkunjung ke taman gorasix adalah karena teman-temannya.
“kalo abis pulang sekolah ya nongkrong dulu aja disini, soalnya kan yang lain juga nongkrong. Lagian bisa bahas juga kejadian di sekolah, kayak misalnya kertas ulangan diambil gitu”
Selain itu, alasan lainnya juga diutarakan oleh limau adalah dengan terlibatnya dengan gorasix dan sering melakukan aktifitas bersama ditaman bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan pada saat ia disekolah. Laki-laki berkulit hitam ini menjelaskan secara terperinci
“kalo masuk gor tuh kayak akrabnya sama temen-temen tuh dapet banget, kayak misalkan nih mau buat acara terus mesti cari dana gitu kan, pasti di situ bareng-bareng lah. Kayak ngamen, terus jualan sampe minta sumbangan kan itu ngga bisa di dapetin kalo di sekolah. Kalo di sekolah tuh paling ada mafest doang, tapi itu kan ngga boleh pake cari dana kecuali dari sponsor”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, kami mendapatkan sebuah informasi bahwa pengalaman yang dapat meningkatkan social bonding akan menjadi sebuah faktor yang mempengaruhi untuk melakukan sebuah aktiftias di dalam komunitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar