Museum tekstilmerupakan salah satu museum
di jakarta yang bertujuan untuk mengedukasi masayarakat tentang budaya. Tempat
yang berada di daerah tanah abang ini, memiliki koleksi kain dari berbagai
daerah di indonesia. museum ini
didirikan pada tahun 1976 pada saat pemerintahan jakarta di tangan Ali Sadikin.
Name :
Museum Tekstil
Opening
Time : 09.00 – 15.00 (Tuesday - Sunday)
Number
Of Attraction ` : 500 Visitors (On Event)
Geographic
Location : jalan aipda
KS Tubun No. 2-4, Jakarta Pusat
Cost and Price their Offering :
Ticket Price
Personal
|
Group (Min 30 Persons)
|
|
Adult
|
Rp 5.000,-
|
Rp 3.750,-
|
College Student
|
Rp 3.000,-
|
Rp 2.250,-
|
Student
|
Rp 2.000,-
|
Rp 1.500,-
|
Courses and Training
Local
|
Foreign
|
Rp 40.000,-
|
Rp 75.000,-
|
Target Market :
Jakarta Selatan_SESB/C_aesthetic appreciation
Untuk mengetahui lebih banyak informasi mengenai
bagaimana pihak management mengelola museum, kami mendapatkan kesempatan
bertemu dengan Bu Ari. Bu ari sangat antusias pada saat kami sebagai mahasiswa
berkunjung untuk melakukan study penelitian mengenai museum.
Pada saat melakukan wawancara Bu Ari menceritakan
bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah jarang sekali anak muda yang mau
berkunjung dan menghabiskan waktu luangnya di dalam museum, oleh karena itu
dirinya sangat antusias pada saat mengetahui bahwa kami sebagai mahasiswa
mengambil objek penelitian museum.
“jarang
soalnya anak muda yang mau main kesini kecuali dari anggota komunitas, mereka
kan biasanya jalan ke mall. kayaknya tuh museum belom bisa nyelesaiin masalah
anak muda kali ya, makanya mereka jarang banget yangmau main kesini”
Sebagai pihak pengelola museum, sudah banyak
usaha yang dilakukan bu ari untuk menarik anak muda agar mencintai nilai
traditional, khususnya di bidang tekstil. Salah satu usaha yang dilakukan
adalah dengan mengadakan pelatihan untuk membatik. Usaha tersebut dilakukan
untuk membuat sebuah consumer experience bagi para pengunjung. selain itu,
usaha lainnya juga mengadakan sebuah event pameran dan mengundang para currator, hal tersebut dilakukan guna
memberikan vibrasi di museum agar tidak terlihat monotne.
Selain itu, bu
ari juga menjelaskan bahwa salah ada beberapa faktor pendukung yang dapat
meningkatkan jumlah pengunjung museum. diantaranya keluarga, sekolah, dan
komunitas pencinta nilai-nilai sejarah seperti Sahabat Nusantara.
Bu ari menjelaskan,
bahwa faktor pendorong tersebut belum bisa di manfaatkan secara maksimal,
karena pihak pengelola museum juga harus melakukan usaha untuk mendapatkan
pengunjung dari sekolah
“kalo dari sekolah sendiri itu sebenernya kita
pake sistem jemput bola, soalnya pendekatan mata pelajaran yang orientasinya
terhadap kebudayaan itu masih belum bisa bersinergi. Nah kita tuh berharap
supaya kurikulum itu bisa sinergi, jadi di sekolah juga tuh diajarin tentang
teorinya, terus disini anak-anak sekolah bisa ngeliat bentuknya langsung. Kan
sekaligus juga bisa meningkatkan cinta terhadap tanah air juga”
Setelah melakukan interview, dilakukan juga
pengamatan secara mendetail untuk museum tekstil, dari hasil pengamatan yang
dilakukan didapatkan sebuah informasi yang dapat dipaparkan dalam bagian
service blue printing dibawah ini
Berdasarkan hasil
pengamatan dan analisa service blue printing, ditemukan sebuah gap antara apa yang di rencanakan oleh pihak
pengelola. Gap tersebut berada pada bagian staff yang tidak setiap saat stand
by untuk membantu pengunjung menjelaskan detail informasi untuk setiap koleksi
yang di miliki oleh museum.