Taman
gorasix adalah salah satu yang berada di depan SMAN 6 Jakarta. Dengan pagar
berwarna hijau yang berfungsi sebagai batas taman, taman ini merupakan sebuah
taman yang digunakan oleh salah satu komunitas yang siswa SMAN 6 Jakarta yang
dikenal dengan nama Gorasix. Menariknya tempat ini adalah, tidak hanya menjadi
tempat untuk berkumpul bagi para anggota komunitas setelah pulang sekolah,
tempat ini juga menjadi alternatif pilihan bagi para anggota komunitas pada
saat malam minggu. Fenomena lainnya yang cukup menarik perhatian adalah, tempat
ini benar-benar berfungsi sebagai community
space bagi para lulusan/alumni SMAN 6 Jakarta yang tergabung dalam
komunitas tersebut.
Oleh
karena itu, tempat ini menjadi salah satu objek penelitian kami.
Name :
Taman Mahakam
Opening
Time : -
Number
Of Attraction ` : 40 Visitors ( Avarage)
Geographic
Location ` : Jalan Mahakam 1,
Jakarta Selatan, Jakarta 12110
Indonesia
Cost and
Price their Offering :
Target
Market :
Jakarta Selatan_SES B_Social Bonding
Pada penelitian kali ini, kami mendapatkan
kesempatan untuk mewawancara ferry atau biasa yang akrab disapa dengan qomar
yang berkerja sebagai pedagang eceran sejak tahun 2009 di taman gorasix.
Dirinya banyak memberikan informasi bagaimana siswa SMAN 6 Jakarta yang
tergabung dalam komunitas gorasix melakukan aktiftiasnya pada saat ditaman.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan,
ditemukan permasalahan yang paling kental adalah permasalahan regulasi sekolah
dan tawuran antar pelajar.
“ya kalo selama jualan di sini sih nyaman-nyaman aja, paling ya resek
tuh kalo sekolah udah ngusirin anak-anak suruh pada balik sama kalo ada
tawuran”
Pertanyaan yang muncul
berikutnya adalah, bagaimana pengaruhnya terhadap penjualan qomar terhadap dua
hal tersebut. Qomar menjelaskan bahwa, alasan dirinya berjualan disini adalah
karena dekat dengan SMAN 6 Jakarta, oleh karena itu dapat disimpulkan pula
bahwa pangsa pasar utamanya adalah siswa SMAN 6 Jakarta.
“kalo anak-anaknya pulang ngga ada yang nongkrong dong..kalo ngga ada yang nongkrong kan taman sepi juga, siapa yang beli dagangan gue...ngga ada yang bisa diajak ngobrol juga. Ya emang sih anak-anak suka pada ngutang, Cuma kan tetep aja jadinya penghasilan gue kurang”
“kalo anak-anaknya pulang ngga ada yang nongkrong dong..kalo ngga ada yang nongkrong kan taman sepi juga, siapa yang beli dagangan gue...ngga ada yang bisa diajak ngobrol juga. Ya emang sih anak-anak suka pada ngutang, Cuma kan tetep aja jadinya penghasilan gue kurang”
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa konsumsi
akan terjadi apabila aktifitas nongkrong dilakukan, sehingga apabila dari pihak
sekolah menetapkan atau memberikan instruksi pada murid-murid agar segera
pulang, proses konsumsi tidak akan terjadi.
“kalo tawuran mah ya semua orang juga nganggep nya masalah, kan kita
sebagai orang pengen aman ya. kalo tiba-tiba pas lagi tawuran gue kena kan,
gimana coba gue nyari duitnya”
Seperti yang
dijelaskan oleh qomar, bahwa menghadapi fenomena tawuran antar pelajar juga
menjadi salah satu permasalahan bagi dirinya yang berprofesi bagi pedagang
eceran
Selain melakukan interview kepada qomar yang
berperan sebagai pedagang eceran yang mengetahui setiap kejadian taman,
dilakukan juga wawancara kepada salah satu anggota komunitas. Laki-laki yang
duduk dibangku 3 SMA ini merupakan salah satu anggota komunitas gorasix yang
hampir setiap pulang sekolah menghabiskan waktunya untuk nongkrong di taman.
Pada tanggal 13 Oktober 2014, kami mendapatkan
kesempatan untuk bertemu dengan Ridho, laki-laki yang memiliki hobi berolahraga
dan sering di panggil limau oleh teman-teman komunitasnya. Salah satu alasan
limau secara rutin berkunjung ke taman gorasix adalah karena teman-temannya.
“kalo abis pulang sekolah ya nongkrong dulu aja disini, soalnya kan
yang lain juga nongkrong. Lagian bisa bahas juga kejadian di sekolah, kayak
misalnya kertas ulangan diambil gitu”
Selain itu, alasan lainnya juga diutarakan oleh
limau adalah dengan terlibatnya dengan gorasix dan sering melakukan aktifitas
bersama ditaman bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan pada saat
ia disekolah. Laki-laki berkulit hitam ini menjelaskan secara terperinci
“kalo masuk gor tuh kayak akrabnya sama temen-temen tuh dapet banget,
kayak misalkan nih mau buat acara terus mesti cari dana gitu kan, pasti di situ
bareng-bareng lah. Kayak ngamen, terus jualan sampe minta sumbangan kan itu
ngga bisa di dapetin kalo di sekolah. Kalo di sekolah tuh paling ada mafest
doang, tapi itu kan ngga boleh pake cari dana kecuali dari sponsor”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, kami
mendapatkan sebuah informasi bahwa pengalaman yang dapat meningkatkan social
bonding akan menjadi sebuah faktor yang mempengaruhi untuk melakukan sebuah
aktiftias di dalam komunitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar